Haul Pangeran Judonegoro, Rokat Desa Pemersatu Warga Kebunagung
- Yudie -
- 14 Aug, 2025
SUMENEP I MaduraNetwork.id - Kamis malam, 14 Agustus 2025, udara Desa Kebunagung, Kecamatan Kota Sumenep, terasa berbeda. Di pelataran Asta Kubah Pangeran Judonegoro—yang juga dikenal sebagai Raden Tumenggung Yudanegara atau Pangeran Macan Ulung—ratusan warga berkumpul dalam suasana khidmat.
Sosok yang wafat pada tahun 1672 ini merupakan
salah satu penguasa Keraton Sumenep dan putra mahkota dari Adipati Sumenep,
Pangeran Cakranegara (Raden Abdullah).
Ritual malam itu bukan sekadar peringatan haul akbar bagi
Pangeran Judonegoro dan para sesepuh, tetapi juga rangkaian Rokat Desa—tradisi
tahunan yang sarat makna religi dan sosial. Seperti tahun-tahun sebelumnya,
acara ini menjadi momen kebersamaan sekaligus penanda bahwa Desa Kebunagung
masih setia menjaga warisan leluhur.
Sejak petang, warga dari berbagai penjuru desa
mulai berdatangan. Di sudut pelataran, anak-anak yatim duduk rapi menanti
giliran menerima santunan—sebuah bentuk kepedulian sosial yang melekat pada
setiap pelaksanaan Rokat Desa. Senyum mereka menjadi penghangat di tengah
suasana penuh doa.
Kepala Desa Kebunagung, Bustanul Affa, SH, beserta
perangkat desa, para ketua RT/RW, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga aparat
keamanan seperti Babinkamtibmas dan Babinsa turut hadir. Kehadiran mereka
mencerminkan betapa acara ini menjadi milik seluruh lapisan masyarakat.
Puncak acara diwarnai lantunan sholawat, tahlil,
dan doa bersama yang dipimpin KH. Sumar’um. Suaranya yang tenang membawa
ratusan hadirin larut dalam kekhusyukan, seolah menyatu dalam satu niat:
mendoakan para leluhur dan memohon keselamatan bagi desa tercinta.
Dalam sambutannya, Bustanul Affa menegaskan bahwa
Rokat Desa tidak hanya sekadar ritual tahunan. Ia adalah jembatan silaturahmi,
ruang untuk mengenang jasa para pendahulu, sekaligus upaya memohon perlindungan
dari segala musibah.
“Semoga Desa Kebunagung selalu diberi keselamatan
dan kemakmuran, sehingga ke depan semakin baik dan maju,” ujarnya penuh harap.
Ia juga menitipkan pesan khusus kepada generasi
muda agar senantiasa takzim pada sejarah dan meneladani perjuangan para
pendahulu. Menurutnya, menjaga warisan budaya di tengah arus modernisasi adalah
bentuk penghormatan terhadap jati diri desa.
“Rokat Desa ini adalah warisan yang harus kita
pelihara. Ia mempererat kebersamaan, dan menjadi benteng agar tradisi tidak
terkikis zaman,” tutupnya.
Acara yang dimulai selepas Magrib itu berakhir
dengan tertib dan lancar. Lampu-lampu di pelataran asta pelan redup, namun
cahaya kebersamaan yang terjalin malam itu akan terus menyala di hati warga
Kebunagung. (yud)
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *