:

Haul Pangeran Judonegoro, Rokat Desa Pemersatu Warga Kebunagung

top-news
https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

SUMENEP I MaduraNetwork.id  - Kamis malam, 14 Agustus 2025, udara Desa Kebunagung, Kecamatan Kota Sumenep, terasa berbeda. Di pelataran Asta Kubah Pangeran Judonegoro—yang juga dikenal sebagai Raden Tumenggung Yudanegara atau Pangeran Macan Ulung—ratusan warga berkumpul dalam suasana khidmat.

 

Sosok yang wafat pada tahun 1672 ini merupakan salah satu penguasa Keraton Sumenep dan putra mahkota dari Adipati Sumenep, Pangeran Cakranegara (Raden Abdullah).

 

Ritual malam itu bukan sekadar peringatan haul akbar bagi Pangeran Judonegoro dan para sesepuh, tetapi juga rangkaian Rokat Desa—tradisi tahunan yang sarat makna religi dan sosial. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara ini menjadi momen kebersamaan sekaligus penanda bahwa Desa Kebunagung masih setia menjaga warisan leluhur.

 

Sejak petang, warga dari berbagai penjuru desa mulai berdatangan. Di sudut pelataran, anak-anak yatim duduk rapi menanti giliran menerima santunan—sebuah bentuk kepedulian sosial yang melekat pada setiap pelaksanaan Rokat Desa. Senyum mereka menjadi penghangat di tengah suasana penuh doa.

 


Kepala Desa Kebunagung, Bustanul Affa, SH, beserta perangkat desa, para ketua RT/RW, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga aparat keamanan seperti Babinkamtibmas dan Babinsa turut hadir. Kehadiran mereka mencerminkan betapa acara ini menjadi milik seluruh lapisan masyarakat.

 

Puncak acara diwarnai lantunan sholawat, tahlil, dan doa bersama yang dipimpin KH. Sumar’um. Suaranya yang tenang membawa ratusan hadirin larut dalam kekhusyukan, seolah menyatu dalam satu niat: mendoakan para leluhur dan memohon keselamatan bagi desa tercinta.

 

Dalam sambutannya, Bustanul Affa menegaskan bahwa Rokat Desa tidak hanya sekadar ritual tahunan. Ia adalah jembatan silaturahmi, ruang untuk mengenang jasa para pendahulu, sekaligus upaya memohon perlindungan dari segala musibah.

 

“Semoga Desa Kebunagung selalu diberi keselamatan dan kemakmuran, sehingga ke depan semakin baik dan maju,” ujarnya penuh harap.

 

Ia juga menitipkan pesan khusus kepada generasi muda agar senantiasa takzim pada sejarah dan meneladani perjuangan para pendahulu. Menurutnya, menjaga warisan budaya di tengah arus modernisasi adalah bentuk penghormatan terhadap jati diri desa.

 

“Rokat Desa ini adalah warisan yang harus kita pelihara. Ia mempererat kebersamaan, dan menjadi benteng agar tradisi tidak terkikis zaman,” tutupnya.

 

Acara yang dimulai selepas Magrib itu berakhir dengan tertib dan lancar. Lampu-lampu di pelataran asta pelan redup, namun cahaya kebersamaan yang terjalin malam itu akan terus menyala di hati warga Kebunagung. (yud)

 

https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *